Kiss the sunshine wherever you miss me, Touch the rain whenever you need me, Just whisper to the air and i can hear your voice. Let the wind send it to me (Benedicta Chandra,August 6, 2010)

Makna dibalik Perayaan Pe Cun.


Chiu Yuan
Dragon Boat Festival atau Pe Cun telah diperingati kurang lebih 2300 tahun yang lalu di Tiongkok. Festival ini diperingati setiap tanggal 5, bulan 5 penanggalan Imlek.

Tradisi memakan kue bak cang ini bermula dari kisah sedih seorang pujangga Tiongkok.
Adalah Chiu Yuan(340 BC-270 BC atau 343 BC-290 BC) seorang pujangga terkenal dari jamannya.
Chiu Yuan adalah salah satu penasehat kerajaan Chu.

Kebijaksanaan Chiu Yuan membuat banyak orang tidak menyenanginya dan berhasil membuat raja kehilangan kepercayaan padanya. Alhasil nasehat Chiu Yuan tidak didengan raja sehingga akhirnya kerajaan berhasil ditaklukkan dan raja terbunuh.

Raja baru hidup dalam kemewahan dan juga tidak menyukai Chiu Yuan, akhirnya ia diasingkan.
Dalam pengasingan ia banyak sekali menulis puisi tentang patriotisme.
Masyarakat juga peduli dengan diri sendiri.Chiu Yuan bertemu nelayan, yang tidak peduli dengan keadaan negara dan merasa puas dengan hidup mereka sendiri.

Karena kecintaan pada negara, Chiu Yuan sedih lalu memutuskan bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya pada batu besar dan loncat ke laut.

Ketika ia meloncat, banyak nelayan mencoba menyelematkannya.
Karena takut jasad Chiu Yuan dimakan ikan, para nelayan memukul-mukul air sungai dan menabuh genderang.
Mereka percaya ada naga besar yang berdiam di dalam sungai sehingga bisa menakuti ikan.
Juga dibuat sejenis makanan dari beras ketan yang diisi dengan berbagai macam bahan yang dilempar ke dalam sungai, namun jasad Chiu Yuan tidak pernah ditemukan.

 
Perayaan Pe Cun hingga saat ini tetap dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. Walau kemudian kue beras ketan tersebut/Cang tidak lagi dilempar ke laut, tetapi untuk menyembahyangi leluhur.

Ada pun perayaan Pe Cun ini sebagai bentuk syukur kepada para pahlawan yang telah berjuang demi negara.

Demikian pula hendaknya kita, Cang bukan hanya sebagai bentuk syukur kepada leluhur saja, tetapi mestilah mengingat jasa para pahlawan kita, tak kira di negara mana kita berada. 


Sikap patriotik inilah yang perlu terus dikembangkan.
Tidak peduli ras, warna kulit, maupun agama, tapi satu Indonesia, satu nusa, satu bangsa.

June 17, 2010